Ada 10 (sepuluh) macam
serangan al-Ghazali terhadap pendapat-pendapat para filosof yaitu :
1. Tuhan tidak mempunyai
sifat
2. Tuhan mempunyai basit dan tidak mempunyai mahiah
3. Tuhan tidak mengetahu juz’iat/perincian
4. Tuhan tidak dapat diberi sifat al-jins/jenis, dan al-fast
5. Planet-planet adalah
binatang yang bergerak dengan kemauan
6. Jiwa planet-planet
mengetahui semua juz’iat
7. Hukum alam tidak
dapat berubah
8. Pembangkitan jasmani
tidak ada
9. Alam ini tidak
bermula
10. Alam ini akan kekal
Tiga dari kesepuluh pendapat di atas menurut al-Ghazali
membawa kepada kekufuran, yaitu :
1.
Alam kekal dalam arti tidak bermula
2.
Tuhan tidak mengetahui
perincian dari apa-apa yang terjadi di alam.
3.
Pembangkitan jasmani
tidak ada.
Pendapat
bahwa alam kekal dalam arti tidak bermula tak dapat diterima dalam teologi
Islam. Dalam teologi Tuhan adalah Pencipta yakni yang menciptakan sesuatu dari
tiada (creatio ex-nihilo). Dan kalau alam dikatakan tidak bermula, maka
lam bukanlah diciptakan dan dengan demikian Tuhan bukanlah pencipta. Dalam
Al-Qur’an sangat jelas bahwa Tuhan adalah Pencipta segala-galanya. Lebih jauh
menurut al-Ghazali, kaum filosof dalam ketiga hal tersebut dengan
terang-terangan menentang nash atau teks al-Qur’an.
Pembelaan
Ibnu Rusyd terhadap para filosof terhadap tiga hal di atas; mengenai yang pertama
bahwa Tuhan menjadikan alam ini dari tiada (creatio ex-nihilo) tidak
mempunyai dasar syariat yang kuat. Tidak ada ayat yang mengatakan bahwa Tuhan
pada mulanya berwujud sendiri, yaitu tidak wujud selain diri-Nya, dan kemudian
barulah menjadikan alam. Menurut Ibnu Rusyd ini hanyalah merupakan pendapat dan
interpretasi kaum teolog.
Masalah
yang kedua, bahwa Tuhan tidak mengetahui perincian yang ada dalam alam, Ibn
Rusyd mengatakan bahwa al-Ghazali salah faham, karena tidak pernah kaum filosof
mengatakan yang demikian. Yang dikatakan kaum filosof menurutnya bahwa pengetahuan
Tuhan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan
manusia tentang perincian itu. Pengetahuan manusia dalam hal ini mengambil
bentuk effek, sedangkan pengetahuan Tuhan merupakan sebab, yaitu sebab bagi
perincian tersebut. Selanjutnya pengetahuan manusia bersifat baharu dan
pengetahuan Tuhan bersifat Qadim, yaitu
sejak azal Tuhan mengetahui segala hal-hal yang terjadi di alam, sungguh
betapapun kecilnya.
Mengenai
persoalan yang ketiga mengenai kebangkitan jasmani tidak ada, menurut Ibn Rusyd;
tuduhan Al-Ghazali terhadap para filosof
ini bertentangan dengan tulisanya yang lain. Al-Ghazali dalam tulisannya yang
lain menyebutkan bahwa pembangkitan bagi
kaum sufi akan terjadi hanya dalam bentuk
rohani dan tidak dalam bentuk jasmani. Oleh karena itu tidak terdapat ijma
ulama tentang soal kebangkitan di hari kiamat. Dengan demikian pendapat kaum
filosof mengenai kebangktan jasmani tidak ada tidaklah dapat dikafirkan.
Menurut
pandangan saya adanya perbedaan pendapat antara Al-Ghazali dengan Ibn Rusyd
wajar-wajar saja, karena ditinju dari sudut pandang yang berbeda. Al-Ghazali
berpendapat demikian dari sudut
pandang sebagai seorang teolog oleh karenanya ia semata-mata untuk memurnikan
aqidah Islam terutama masyarakat awam terhadap filsafat. Sedangkan Ibn Rusyd
merupakan filosof murni yang banyak mengambil pemikiran-pemikiran Aristoteles
sehingga wajar jika ia di eropa dikenal sebagai Commentator Aristoteles.
No comments:
Post a Comment