Friday 4 October 2013

SERANGAN AL-GHAZALI TERHADAP FILSAFAT





       Ada 10 (sepuluh) macam serangan al-Ghazali terhadap pendapat-pendapat para filosof yaitu :
       1.  Tuhan tidak mempunyai sifat
       2. Tuhan mempunyai basit dan tidak mempunyai mahiah
       3. Tuhan tidak mengetahu juz’iat/perincian
       4. Tuhan tidak dapat diberi sifat al-jins/jenis, dan al-fast
       5.  Planet-planet adalah binatang yang bergerak dengan kemauan
       6.  Jiwa planet-planet mengetahui semua juz’iat
       7. Hukum alam tidak dapat berubah
       8. Pembangkitan jasmani tidak ada
       9. Alam ini tidak bermula
       10. Alam ini akan kekal
       Tiga dari kesepuluh pendapat di atas menurut al-Ghazali membawa kepada kekufuran, yaitu :

1.     Alam kekal dalam arti  tidak bermula
2.    Tuhan tidak mengetahui perincian dari apa-apa yang terjadi di alam.
3.    Pembangkitan jasmani tidak ada.
                 Pendapat bahwa alam kekal dalam arti tidak bermula tak dapat diterima dalam teologi Islam. Dalam teologi Tuhan adalah Pencipta yakni yang menciptakan sesuatu dari tiada (creatio ex-nihilo). Dan kalau alam dikatakan tidak bermula, maka lam bukanlah diciptakan dan dengan demikian Tuhan bukanlah pencipta. Dalam Al-Qur’an sangat jelas bahwa Tuhan adalah Pencipta segala-galanya. Lebih jauh menurut al-Ghazali, kaum filosof dalam ketiga hal tersebut dengan terang-terangan menentang nash atau teks al-Qur’an.
                 Pembelaan Ibnu Rusyd terhadap para filosof terhadap tiga hal di atas; mengenai yang pertama bahwa Tuhan menjadikan alam ini dari tiada (creatio ex-nihilo) tidak mempunyai dasar syariat yang kuat. Tidak ada ayat yang mengatakan bahwa Tuhan pada mulanya berwujud sendiri, yaitu tidak wujud selain diri-Nya, dan kemudian barulah menjadikan alam. Menurut Ibnu Rusyd ini hanyalah merupakan pendapat dan interpretasi kaum teolog.  
Masalah yang kedua, bahwa Tuhan tidak mengetahui perincian yang ada dalam alam, Ibn Rusyd mengatakan bahwa al-Ghazali salah faham, karena tidak pernah kaum filosof mengatakan yang demikian. Yang dikatakan kaum filosof menurutnya bahwa pengetahuan Tuhan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan manusia tentang perincian itu. Pengetahuan manusia dalam hal ini mengambil bentuk effek, sedangkan pengetahuan Tuhan merupakan sebab, yaitu sebab bagi perincian tersebut. Selanjutnya pengetahuan manusia bersifat baharu dan pengetahuan Tuhan bersifat Qadim,  yaitu sejak azal Tuhan mengetahui segala hal-hal yang terjadi di alam, sungguh betapapun kecilnya.
Mengenai persoalan yang ketiga mengenai kebangkitan jasmani tidak ada, menurut Ibn Rusyd; tuduhan Al-Ghazali  terhadap para filosof ini bertentangan dengan tulisanya yang lain. Al-Ghazali dalam tulisannya yang lain menyebutkan  bahwa pembangkitan bagi kaum sufi akan terjadi hanya dalam bentuk rohani dan tidak dalam bentuk jasmani. Oleh karena itu tidak terdapat ijma ulama tentang soal kebangkitan di hari kiamat. Dengan demikian pendapat kaum filosof mengenai kebangktan jasmani tidak ada tidaklah dapat dikafirkan.
Menurut pandangan saya adanya perbedaan pendapat antara Al-Ghazali dengan Ibn Rusyd wajar-wajar saja, karena ditinju dari sudut pandang yang berbeda. Al-Ghazali berpendapat demikian dari sudut pandang sebagai seorang teolog oleh karenanya ia semata-mata untuk memurnikan aqidah Islam terutama masyarakat awam terhadap filsafat. Sedangkan Ibn Rusyd merupakan filosof murni yang banyak mengambil pemikiran-pemikiran Aristoteles sehingga wajar jika ia di eropa dikenal sebagai Commentator Aristoteles.

No comments:

Post a Comment